Pengalamanku mengajarkan bahwa semakin sedikit aku menghabiskan uang untuk diriku sendiri, dan semakin banyak aku memberi kepada orang lain, semakin penuh pula kebahagiaan dan berkat yang dirasakan oleh jiwaku. --Hudson Taylor
Bertahun-tahun yang lalu, aku membaca tulisan di stiker mobil: Live simply so that others may simply live.
Kurang lebih artinya: hiduplah sederhana supaya bisa menghidupkan orang
lain. Alasannya masuk akal. Jika aku bisa memuaskan diriku dengan
kemeja biasa seharga Rp 65.000,-, ketimbang Lacoste seharga Rp
750.000,-, berarti aku bisa menggunakan Rp 685.000,- untuk membantu
orang lain.
Percayalah, ada kebahagiaan yang teramat sangat dalam di
sana!
Kamu akan mendapati bahwa kegembiraanmu memandangi cincin berlian
yang berkilau-kilau di jarimu sungguh tak sebanding dengan
kebahagiaanmu memberikan sepotong roti pada seorang anak yatim piatu.
Aku
tidak bisa menjelaskan secara hal ini secara logis, karena memberi dan
menerima berkah yang berlimpah ruah adalah sebuah aktivitas adikodrati.
Dari pengalamanku, semakin banyak aku memberi, semakin banyak pula aku
menerima. Memang begitulah adanya!
Bagaimanapun juga, aku tidak memberi supaya aku menerima imbalannya. Ini penting. Aku memberi karena aku percaya bahwa memberi itu baik.
Semua
keyakinan di dunia mengajarkan kita untuk beramal. Bahkan kita
ditantang untuk beramal dengan suka rela dan hati gembira! Logikanya,
semakin hati kita bergembira dalam beramal, semakin besar juga jumlah
yang kita amalkan.
Jadi, jadikanlah memberi dan beramal sebuah kebiasaan. Berilah sebanyak mungkin.
(Bab Kesembilan dari buku SIMPLIFY And Live the Good Life karya Bo Sanchez)
No comments:
Post a Comment