Friday, December 30, 2011

2011: Mengakhiri Yang Sudah Waktunya Berakhir

Refleksi Akhir Tahun oleh Paulo Coelho
 
Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu memiliki sebuah akhir. Jika kita memaksakan diri untuk tinggal lebih lama daripada waktu yang diperlukan, kita akan kehilangan rasa bahagia, dan lebih-lebih akan kehilangan arti dari tahap selanjutnya yang harus kita jalani.

Menghentikan siklus, menutup pintu, mengakhiri cerita—apa pun namanya, yang terpenting adalah menyerahkan kepada masa lalu momen-momen kehidupan yang memang telah berakhir.

Apakah kau baru saja kehilangan pekerjaan? Hubungan asmaramu kandas di tengah jalan? Apakah kau melarikan diri dari rumah orang tuamu? Apakah kau harus pergi untuk tinggal di luar negeri? Persahabatan yang telah kaubina sejak lama tiba-tiba berakhir?

Kau bisa saja membuang-buang waktu untuk bertanya-tanya mengapa semua itu harus berakhir. Kau boleh saja meyakinkan dirimu sendiri untuk tidak akan maju barang selangkah pun sebelum mengetahui kenapa hal-hal yang begitu penting dan begitu kokoh dalam hidupmu bisa sekonyong-konyong hancur lebur bagaikan debu. Namun sikap seperti ini akan sangat memberatkan orang-orang di sekitarmu: orang tuamu, pasangan hidupmu, sahabat-sahabatmu, anak-anakmu, kakak adikmu. Karena setiap orang pasti menghadapi akhir dari sebuah cerita, membuka lembaran baru, melanjutkan kehidupan, dan mereka pasti akan merasa sedih jika melihat dirimu bergeming dan tak bergerak.

Semua hal pasti akan berlalu, dan hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah benar-benar merelakannya pergi.

Itulah alasan betapa pentingnya (biarpun pasti amat menyakitkan!) untuk menghancurkan kenang-kenangan, pindah tempat tinggal, menyumbangkan barang-barang lama ke panti asuhan, menjual atau mendonasikan buku-buku yang kaumiliki di rumah.

Segala hal dalam dunia yang kasat mata ini adalah perwujudan dari dunia yang tak kasat mata, dari apa yang terjadi dan terasakan dalam hati kita—dan menyingkirkan kenangan-kenangan tertentu berarti pula memberikan ruang bagi kenangan-kenangan lain untuk memasuki hati kita.

Biarkan mereka pergi. Relakanlah mereka. Lepaskanlah dirimu dari mereka.

Tak seorang pun bermain dalam kehidupan ini dengan kartu yang sudah ditandai. Maka kadangkala kita menang, dan kadangkala kita kalah. Jangan mengharapkan apa pun sebagai balasan, jangan berharap usaha dan karyamu dihargai, kejeniusanmu dikenali, dan cintamu dimengerti.

Berhentilah menyalakan televisi emosionalmu hanya untuk melihat acara yang sama terus menerus, yang menunjukkan betapa menderitanya dirimu karena suatu kehilangan. Hal itu cuma akan meracunimu saja.

Sebelum sebuah babak baru dimulai, yang lama harus diakhiri. Katakan pada dirimu sendiri bahwa yang sudah berlalu tidak akan pernah bisa kembali lagi. Ingatlah bahwa pernah ada saatnya dirimu bisa hidup tanpa benda itu, atau orang itu. Tiada yang tak tergantikan. Sebuah kebiasaan bukanlah sebuah kebutuhan. Kedengarannya mungkin sangat blak-blakan, dan bahkan sangat sulit untuk dilakukan, tapi ini sungguh-sungguh penting.

Akhiri yang sudah waktunya berakhir. Bukan karena gengsi, ketakmampuan, atau kesombonganmu. Melainkan karena hal itu sudah tidak pas lagi dengan hidupmu.

Tutup pintunya. Ganti rekamannya. Bersihkan rumah. Kibaskan debunya.

Berhentilah menjadi dirimu yang dahulu. Beralihlah ke dirimu yang sekarang.

Selamat mengakhiri 2011. Selamat memulai 2012.



Foto dari Google

Thursday, December 29, 2011

Bahagia Setiap Saat. Bagaimana Caranya?

Salah satu hal yang menjadi kunci untuk menyimpelkan hidup adalah dengan "menikmati hidup setiap saat". Bahasa kerennya "live at the present moment". Jadi kalau kita lagi melakukan sesuatu, ya segenap jiwa raga kita harus melakukan sesuatu itu. Melakukannya tidak sesederhana mengatakannya, karena seringkali--kalau tidak bisa dibilang setiap saat--pikiran kita berada di tempat lain atau memikirkan hal lain saat kita sedang melakukan sesuatu. Leo Babauta, penganut Zen dan pengasuh http://zenhabits.net menulis sebuah artikel menarik tentang hal ini:


Baru-baru ini, temanku Barron bertanya, "Seandainya kamu bisa berada di mana pun saat ini, melakukan apa pun yang kamu inginkan, di mana kamu ingin berada? Dan apa yang ingin kamu lakukan?"

Dan jawabanku adalah, "Aku selalu berada di tempat yang aku inginkan, melakukan sesuatu yang ingin aku lakukan."

Aku perhatikan bahwa, seperti kebanyakan orang, dulu aku selalu bermimpi melakukan sesuatu yang lain, memikirkan hal-hal yang akan aku kerjakan esok hari, membuat rencana-rencana untuk kehidupanku di masa depan, membaca (dengan rasa iri) tentang hal-hal menarik yang sedang dilakukan oleh orang-orang lain.

Sungguh, sebuah hal yang sia-sia belaka.

Kebanyakan dari kita melakukan hal itu, tapi kenyataannya adalah jika kamu terpaku pada pola pikir tentang apa yang ingin kamu lakukan, kamu tidak akan pernah merasa bahagia dengan apa yang sedang kamu lakukan. Kamu bakalan terus membandingkan apa yang kamu lakukan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang lain (di Facebook atau Twitter, mungkin? Atau para selebritis di tayangan infotainment itu?). Kamu akan selalu berpikir bahwa kehidupanmu seharusnya tidak semerana ini. Kamu tidak akan pernah puas, karena selalu saja ada hal lain yang lebih menyenangkan untuk dilakukan.

Berlawanan dengan hal itu, aku menanamkan pola pikir bahwa apa pun yang aku lakukan sekarang adalah sesuatu yang sempurna. Jika aku sedang menulis sebuah post, tentu itu merupakan hal yang sangat menyenangkan untuk dikerjakan. Jika aku sedang membaca sebuah blog di internet, aku berpikir bahwa itu adalah sebuah kegiatan yang menarik. Jika aku tidak melakukan apa pun kecuali mengobrol dengan keluargaku, rasanya benar-benar menakjubkan. Bahkan jika aku cuma berjalan-jalan di luar mencari angin segar, itu adalah sebuah keindahan.

Tidak ada satu hal pun yang aku kerjakan yang bukan merupakan hal paling menakjubkan di muka bumi ini. Jika secara kebetulan aku melakukan sesuatu yang menyebalkan (aku tidak ingat lagi kapan terakhir melakukannya), bisa jadi hal itu adalah sebuah pelajaran hidup yang tak ternilai harganya. Jika aku berada bersama orang yang membosankan atau menjengkelkan, berarti itulah saatnya aku belajar kesabaran, empati, dan memahami orang lain dengan lebih baik.


Pola Pikir "Sekarang", dalam Praktik
Anggaplah saat ini kamu sedang mencuci piring. Pasti kamu lebih memilih untuk pergi keluar makan di restoran mewah, atau mengobrol dengan sahabatmu. Memang, hal-hal itu sangat menyenangkan, namun mereka lebih menyenangkan jika dan hanya jika kamu memercayainya demikian, dan yang lebih penting lagi, ini berarti bahwa tak ada perlunya membanding-bandingkan satu hal dengan yang lain. Mengapa kamu perlu membanding-bandingkan hal yang sedang kamu lakukan (mencuci piring) dengan hal-hal lain? Bukankah hampir setiap saat kau kehilangan sesuatu jika menganggap ada sesuatu yang lebih berharga darinya? Bagaimana kamu bisa merasa bahagia dengan apa yang kamu kerjakan, jika kamu terus-terusan membandingkannya dengan sesuatu yang lebih kamu sukai?

Bahkan mencuci piring pun bisa sama menyenangkannya dengan hal-hal lain, jika kamu memutuskan untuk memandangnya demikian. Kamu berada dalam ketenangan, yang merupakan sebuah keindahan. Jika kamu melakukannya dengan penuh perasaan, mencuci piring bisa menjadi sangat menyenangkan, saat kamu merasakan busa dan air menyentuh tanganmu, menaruh perhatian pada piring-piring dan setiap teksturnya, mendengarkan napas dan pikiranmu. Ini adalah sebuah meditasi, tenang, dan indah.

Kamu bisa melakukan hal yang sama pada apa pun juga. Sedang berkendara ke kantor? Nikmati ketenangan itu, sebuah kesempatan untuk mengakrabi pikiran-pikiranmu, atau mendengarkan musik favoritmu, atau melihat dunia di sekelilingmu. Sedang berada dalam sebuah meeting dengan rekan-rekan kerjamu? Amatilah cara orang-orang berbicara dan berinteraksi, belajarlah tentang pikiran manusia, lihatlah cerminan dirimu dalam diri setiap orang di sekitarmu, belajarlah mencintai orang sebagaimana adanya, cobalah berhenti membuat ekspektasi atas bagaimana seharusnya seseorang bertindak atau bagaimana seharusnya meeting itu berjalan.

Aku selalu berbahagia dengan apa yang aku lakukan, karena aku tidak membanding-bandingkannya dengan hal lain, melainkan justru menaruh perhatian pada kegiatan itu sendiri. Aku selalu berbahagia dengan siapa pun aku berada, karena aku belajar melihat kesempurnaan dalam diri setiap orang. Aku selalu berbahagia di tempat mana pun aku berada, karena tak ada satu tempat pun di bumi ini yang bukan sebuah keajaiban.

Hidup ini akan menyebalkan, jika kamu terus berandai-andai melakukan sesuatu yang lain. Hidup akan menggairahkan, jika kamu menyadari bahwa kamu sedang melakukan hal-hal yang terbaik.


Diterjemahkan sesuka-sukanya dari:
Zen Habits: How To Be Happy Anytime
Tautan asli:
http://zenhabits.net/happy/#more-8257

Simpel = Sederhana. Masa, sih?

Selamat datang di blog simpel ini.

Mungkin ada yang bertanya-tanya (kalaupun nggak ada ya tetap akan saya bahas juga), kenapa memilih kata "simpelkan" dan bukan "sederhanakan".

Alasannya begini...

Beberapa bulan lalu, pas saya lagi getol-getolnya menerjemahkan buku dan artikel-artikel tentang kesimpelan hidup untuk saya post di Facebook, satu hal terus mengganjal di pikiran saya. Ya soal "simpel" dan "sederhana" tadi itu.

Memang iya, simple yang bahasa Inggris itu padanan Indonesianya adalah sederhana. Tapi kalau ungkapan "Simplify your life!" diterjemahkan dengan lugas menjadi "Sederhanakan hidupmu!", rasanya jadi kurang pas. Jadi mengganjal.


Ini menurut saya, lo ya....

Kurang pasnya itu gini.


Hidup sederhana dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai hidup yang tidak mewah, hidup yang seadanya, hidup yang disesuaikan dengan pemenuhan kebutuhan minimal saja. Sedangkan a simple life dalam bahasa Inggris buat saya maknanya jauh lebih dalam daripada sekadar hidup tidak mewah.

A simple life (mulai sekarang kita terjemahkan sebagai "hidup simpel" saja, ya...) berarti hidup yang tidak rumit, yang mudah, yang nyaman, yang membahagiakan, yang menghidupi dan menghidupkan.


Orang yang hidup sederhana (yang tidak mewah) belum tentu hidupnya nyaman, mudah, nggak rumit, dan bahagia. Tapi yang hidupnya simpel (atau simple) pasti punya semua kualitas hidup itu.

Sekali lagi, ini menurut saya, lo ya....


Jadi apa yang akan kita share di sini? Tentu saja semua hal sesuka-suka saya tentang cara-cara menyimpelkan hidup. Cara-cara membuat hidup lebih nyaman, lebih mudah, lebih nggak ribet, dan ujung-ujungnya (mudah-mudahan) lebih bahagia. Materinya bisa bermacam-macam. Saya punya banyak "guru" tentang hidup simpel yang karya-karyanya selalu ingin saya bagikan ke semua orang. Saya yakin saya juga akan mengalami peristiwa-peristiwa yang nggak tahan untuk saya ceritakan di sini.

Akhir kata (dari bab Pendahuluan yang superpanjang ini), selamat menikmati...