Saturday, March 3, 2012

Jangan Percaya Pada "Beneran. Setelah yang satu ini aku akan puas!"

Aku senang menceritakan pengalamanku ini. 

Aku duduk di kelas satu SMP, saat pencarian jatidiri menuju pria sejati dimulai di sekolah. Beberapa teman sekelasku mulai memakai celana panjang. Tiba-tiba mereka terlihat begitu dewasa, begitu matang, begitu guwapo (cakep)--sementara yang lainnya, yang masih mengenakan celana pendek, kelihatan begitu totoy (kekanak-kanakan). Aku pun memaksa Ibu untuk membelikanku sepotong celana panjang, tapi Ibu selalu bilang, "Nanti, Bo." Tahun berikutnya, di kelas dua SMP, aku adalah satu-satunya cowok yang masih mengenakan celana pendek. Rasanya memalukan sekali. Pas kelas tiga, aku satu-satunya cowok yang masih mengenakan bikini, istilah teman-temanku untuk mengolok-olok celana pendekku yang benar-benar kependekan sekarang.

Percaya, deh. Seumur-umur aku belum pernah merasa seseksi itu!!!

Akhirnya, pada hari kelulusan, aku menangis terharu waktu Ibu menghadiahiku sepotong celana panjang. Oh, aku tidak ambil pusing meskipun aku harus menggulung ujung celana itu berlipat-lipat karena terlalu panjang. Ibu bilang, "Biar masih bisa kamu pakai kalau kamu tambah tinggi nanti." Buatku, itu adalah celana panjang yang paling keren sedunia.

Ironisnya, setelah beberapa saat, perasaan menggebu-gebu itu memudar. Karena aku mulai menginginkan sepotong jins.

"Ayolah, Ibu, setiap orang punya celana jins. Paling tidak satu!" tuntutku.

Saat Ibu akhirnya membelikanku celana jins, setelah beberapa tahun merengek dan mengiba padanya, aku merasa seperti melayang-layang di awan, dan memakainya membuatku merasa sedang mengenakan celana kebesaran seorang pangeran. Aku pikir, aku akan hidup bahagia bersama jinsku selama-lamanya seperti dongeng-dongeng tentang pangeran itu--sampai teman SMA-ku bilang bahwa celana jinsnya adalah Levi's, sementara punyaku cuma Ludy's!!

Bagaimana pun, sampai hari ini, mengenakan Ludy's adalah salah satu sumber kegembiraanku.

Orang-orang bertanya padaku, "Kenapa kamu punya begitu sedikit keinginan dalam hidupmu?" Jawabannya berasal dari pengalaman bikini-ku: Aku percaya bahwa keinginan manusia tidak pernah ada habisnya. Kita terus menginginkan lebih dan lebih banyak lagi. Tidak ada satu pun yang sanggup memuaskan kita.

Jadi, jangan percaya pada keinginanmu, kalau dia bilang, "Beneran. Setelah yang satu ini, aku akan puas."


Barang apa yang sedang kamu inginkan saat ini? Pikirkan apakah kamu akan merasa puas begitu mendapatkannya?

Cobalah untuk merasa puas sekarang tanpa barang itu--karena kenyataannya adalah jika kamu tidak cukup puas sekarang tanpa barang itu, kamu tidak akan pernah merasa puas dengannya.  Hal-hal materiel tidak akan pernah membuatmu bahagia.



Bab kelima dari buku SIMPLIFY and Live the Good Life karya Bo Sanchez. 
Gambar dari Google. 

No comments:

Post a Comment