Sunday, April 29, 2012

Lima Penyesalan

Paulo Coelho membagikan cerita ini dalam blognya, dan mengingatkan saya bahwa hidup yang simpel adalah hidup yang dijalani sesuai dengan apa yang kita yakini.


Bertahun-tahun aku bekerja dalam sebuah pendampingan paliatif. Pasienku adalah orang-orang yang telah dinyatakan secara medis tak bisa disembuhkan dari penyakitnya. Aku berada di tengah-tengah mereka selama tiga sampai dua belas minggu terakhir dalam hidup mereka.

Ketika ditanya tentang penyesalan-penyesalan yang mereka rasakan, atau hal-hal yang ingin mereka ubah di masa lalu, beberapa jawaban umum selalu mengemuka. Inilah lima jawaban yang paling umum:

1. Aku menyesal tak punya cukup nyali untuk menjalani hidup sesuai dengan yang aku yakini, bukan hidup yang orang lain harapkan aku jalani.
Ketika orang menyadari bahwa hidup mereka hampir berakhir, dan menengok kembali ke belakang, sangatlah mudah untuk melihat betapa banyak impian yang berlalu tanpa dijadikan kenyataan. Kebanyakan orang harus meninggal dengan mengetahui bahwa semua ini terjadi karena pilihan yang telah mereka buat, atau yang tidak mereka buat. Pada saat kamu kehilangan kesehatanmu, semuanya sudah terlambat. Kesehatan memberikan sebuah kebebasan, yang jarang sekali kita sadari sampai kita kehilangannya.

2. Seandainya saja dulu aku tidak bekerja terlalu keras.
Penyesalan yang satu ini datang dari setiap pasien priaku. Seluruh pria yang kurawat merasa sangat menyesal telah melewatkan terlalu banyak waktu dalam hidup mereka untuk bekerja, dan mengabaikan hal-hal penting lainnya.

3. Aku menyesal tak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaanku.
Banyak orang memendam perasaannya supaya tetap berdamai dengan orang lain. Akibatnya mereka menjalani hidup setengah-setengah, dan tidak pernah menjadi sesuatu yang sebenarnya mampu mereka capai. Padahal banyak penyakit yang berkembang akibaat kepahitan dan dendam yang mereka bawa-bawa seumur hidup mereka.

4. Aku menyesal telah kehilangan teman-temanku.
Seringkali orang tidak menyadari arti kawan-kawan lama sampai minggu-minggu terakhir dalam hidupnya, dan pada saat itu tidaklah mudah untuk melacak keberadaan orang-orang itu. Banyak orang begitu terperangkap dalam kehidupannya sendiri sampai-sampai membiarkan persahabatan yang indah memudar dan berlalu seiring berjalannya waktu. Ada penyesalan yang begitu dalam karena tidak memberikan cukup waktu dan perjuangan untuk mempertahankan persahabatan. Setiap orang selalu merindukan kehadiran teman-teman mereka ketika hidup mereka akan berakhir.

5. Seandainya saja dulu aku membiarkan diriku lebih berbahagia.
Ini suatu hal yang sangat mengejutkan. Banyak orang terlambat menyadari bahwa kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Mereka semua terpaku pada rutinitas dan bertahan pada kebiasaan-kebiasaan lama, sesuatu yang disebut "kenyamanan" karena kebiasaan telah merasuki perasaan mereka, dan fisik mereka juga. Ketakutan akan perubahan membuat mereka berpura-pura pada orang lain, dan pada diri sendiri, bahwa mereka sudah cukup puas dengan apa yang ada. Di balik itu, sebenarnya mereka begitu mendambakan bisa tertawa lepas dan mendapatkan kembali keceriaan dalam hidup mereka.


Catatan penerjemah:
 Aku selalu sepakat dengan yang dikumandangkan lantang-lantang oleh Jon Bon Jovi dalam It's My Life, "I just wanna live while I'm alive."

Aku cuma kepingin hidup selagi masih hidup.


Diterjemahkan asal jadi dari "The Five Regrets"

No comments:

Post a Comment