Sunday, April 1, 2012

Sebaiknya Ditengkurapkan Saja!


Tidak banyak inspirator yang berusia belia. Daniel Wong adalah salah satu dari yang sedikit ini. Blognya, Living Large, yang ber-tagline “Dream big. Start small. Act now.” berisi puluhan inspirasi yang sepertinya ditujukan buat pelajar dan anak-anak muda untuk mulai bertindak mencapai impian mereka. Salah satunya saya terjemahkan secara semena-mena di bawah ini.

Kalau kamu naruh ponsel di atas meja, misalnya pas lagi makan siang bareng teman-teman, kamu meletakkannya tengkurap atau telentang? Tengkurap itu maksudnya layar ponsel menghadap ke meja, kalau telentang berarti layarnya menghadap ke atas.

Ternyata, dari cara meletakkan ponselnya, kita bisa mengetahui banyak tentang sifat orang tersebut. 

Dalam sebuah artikel tentang apakah teknologi membuat hidup kita lebih bahagia, disebutkan adanya dua tipe pengguna ponsel: tipe telentang dan tipe tengkurap.

Dibandingkan dengan tipe tengkurap, tipe telentang lebih memasrahkan dirinya untuk selalu diinterupsi oleh panggilan telepon, SMS, pesan-pesan di messenger, atau selalu merasakan kebutuhan yang muncul tiba-tiba untuk mengecek keadaan cuaca, kondisi bursa saham, atau bahkan gosip-gosip terhangat.Tipe telentang mudah sekali teralihkan perhatiannya oleh hal-hal yang dianggapnya lebih penting dan lebih menarik dibandingkan dengan teman-teman dan keadaan yang secara fisik sedang berada bersamanya.Bahkan ada yang bilang, orang-orang tipe telentang itu kadang-kadang cuma kepingin mengusap-usapkan jemari mereka pada layar ponsel saja tanpa tujuan tertentu. 



Sebenarnya ada suatu spektrum yang sangat lebar tentang seberapa commit kita atas kehadiran kita baik secara fisik maupun mental bersama orang-orang di sekitar kita.

Tergantung pada siapa yang sedang bersama kita, kita semua bisa berada pada bagian mana pun dalam spektrum itu. Kalau kamu lagi bersama seorang sahabat, misalnya, tentu kamu akan mencurahkan segenap perhatianmu padanya (hampir selalu begitu, sih). Tapi kalau kamu melewatkan waktu dengan seorang kenalan yang membosankan, maka secara naluri kamu akan melakukan sesuatu yang bisa menghibur dirimu, salah satunya adalah dengan bermain-main dengan ponselmu sendiri.


Kok bisa ya, teman-teman Facebook lebih menarik daripada teman-teman di dunia nyata?

Sebenarnya kita sepenuhnya sadar bahwa kita harus memprioritaskan teman-teman yang secara fisik berada bersama kita. Tapi kenapa kita bisa dengan gampangnya terdistraksi oleh hal-hal yang sifatnya maya?

Alasannya adalah karena dalam dunia maya--chatting dan SMS termasuk di dalamnya--kamu bisa memilih untuk melakukan hanya hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Status temanmu nggak terlalu menarik? Gampang. Nggak usah nge-Like.


Video yang diunggah sepupumu garing? Ya nggak usah kasih comment.

Ibumu mengirimkan SMS sesuatu yang menurutmu tidak memerlukan jawaban langsung? Ya dijawab nanti saja kalau memang sudah waktunya menjawab.

Perilaku kita di dunia maya adalah berdasarkan self-gratification, berpusat pada kepuasan diri. Kita melakukan hanya hal-hal yang membuat kita merasa nyaman, bukan hal-hal yang memang seharusnya dilakukan.

Di dunia nyata, perilaku berdasarkan self-gratification ini tidak berlaku. Kamu nggak bisa semena-mena melakukan apa pun yang bisa membuat dirimu merasa nyaman, tanpa memerhatikan kenyamanan orang lain. Ada banyak tanggung jawab yang harus diemban dalam berperilaku di dunia nyata. Misalnya nih, kamu "harus" selalu bersikap sopan santun. Kamu "harus" berpura-pura mendengarkan saat kamu sedang nggak mood. Kamu "harus" tersenyum saat batinmu menangis (halah!). Kamu harus berpikir dulu sebelum mengatakan apa yang ada dalam benakmu.


Menjadi orang baik dan menyenangkan di dunia nyata terasa jauh lebih susah, bukan?!



Jadi sebaiknya tengkurapkan saja!

Dengan semua tanggung jawab yang harus diemban dalam berperilaku di dunia nyata, nggak heran kalau kita sering melarikan diri ke dunia maya yang bebas tanggung jawab dan meninggalkan dunia nyata yang penuh dengan norma-norma sosial.

Minggu lalu aku ngobrol dengan seseorang selama lima menit, dan dia nggak pernah sekali pun mengalihkan pandangannya dari layar komputer selama kami bercakap-cakap. (Aku nggak semenjijikkan itu, kan?)

Itu salah satu contoh orang yang tidak memedulikan norma-norma sosial hanya untuk memuaskan keinginannya melakukan sesuatu yang dia sukai. 

Tapi mari kita mundur dan berpikir sejenak.


Kita pasti menginginkan sebuah hubungan pertemanan yang lebih dalam daripada sekadar teman Facebook, kan? Kita nggak kepingin cuma punya teman di dunia maya, kan?


Nah, untuk membangun hubungan seperti itu, salah satu caranya justru adalah dengan menjadi orang tipe tengkurap. Sebagai orang yang baru saja menggunakan smartphone, aku ngerti sengerti-ngertinya bahwa sangatlah susah mengatakan "tidak" pada dunia maya yang sekarang ada dalam genggaman.

Pada akhirnya, aku sadar bahwa menjadi orang tipe tengkurap itu butuh komitmen. Terutama kalau ponselmu berjenis smartphone.

Ketika kamu meletakkan ponselmu dengan layar menghadap ke meja, kamu sebenarnya sedang mengisyaratkan sesuatu, baik pada dirimu sendiri maupun kepada orang-orang di sekitarmu, bahwa kamu mematikan gangguan-gangguan, kamu mematikan keinginanmu untuk menghibur diri sendiri, kamu mematikan kepuasan dirimu.

Jadi, sebaiknya kita tengkurapkan saja ponsel kita, karena hanya dengan itulah kita menunjukkan kepada orang-orang yang sedang bersama kita bahwa kehadiran mereka penting dalam kehidupan kita.


Tautan asli dan gambar: http://www.daniel-wong.com/2011/11/13/why-you-should-place-your-phone-on-the-table-screen-facing-down/

No comments:

Post a Comment